Upaya Peningkatan Kompetensi SiswaMelalui Pembelajaran Inovatif
Mengajar bukan semata menceritakan bahan pembelajaran kepada siswa. Dan juga bukan merupakan konsekuensi otomatis penuangan ke
dalam benak siswa. Namun belajar memerlukan keterlibatan mental dan
perbuatan siswa sendiri. Penjelasan dan pemeragaan dari guru semata
tidak akan membuahkan hasil belajar yang optimal. Hasil belajar yang
optimal hanya akan diperoleh jika proses pembelajaran yang dilakukan
banyak melibatkan siswa untuk beraktifitas serta mengembangankan
kreatifitas yang dimiliki siswa secara optimal.
Bagaimanakah caranya membuat proses pembelajaran yang aktif
dan kreatif? Proses pembelajaran akan menjadi aktif jika siswa terlibat
langsung dalam penyelesaian semua masalah yang diberikan oleh gurunya.
Dalam prosesnya siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduknya,
bergerak leluasa dan berfikir keras, mengkaji gagasan, memecahkan
masalah , dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya.
Untuk
bisa mempelajari sesuatu dengan baik, siswa perlu mendengarnya,
melihatnya, mengajukan pertanyaan tentang kompetensi yang sedang dibahas
serta membahasnya dengan orang lain. Dan bahkan tidak cukup saja,
melainkan siswa perlu mengerjakannya yakni menggambarkan sesuatu dengan
caranya sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktikkan
keterampilannya, dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang
telah atau harus mereka dapatkan.
Kita
tahu bahwa siswa bisa belajar dengan sangat baik jika mempraktikkannya,
namun bagaimana caranya kita bisa menggalakkan belajar aktif dan
kreatif? Semua permasalahan ini dapat dijawab dengan menerapkan
pendekatan pembelajaran yang inovatif.
Bentuk
Pembelajaran inovatif dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan,
diantaranya dengan menggunakan Pendekatan kontekstual atau sering
disebut dengan istilah Contextual Teaching and Learning (CTL), dan Pendekatan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM).
Bagaimanakah aplikasi ke dua pendekatan tersebut dalam pembelajaran, secara rinci akan diuraikan dalam makalah ini.
II. Pembelajaran inovatif
A. Hakikat pembelajaran inovatif
Pembelajaran
inovatif adalah proses pembelajaran yang dirancang oleh guru dengan
menerapkan beberapa metode dan teknik dalam setiap pertemuan. Artinya
dalam setiap kali tatap muka guru harus menerapkan beberapa metode
sekaligus. Namun dalam penerapannya harus memperhatikan karakteristik
kompetensi dasar yang akan dicapainya, sehingga sangat dimungkinkan
setiap kali tatap muka guru menerapkan metode pembelajaran yang berbeda.
Untuk
bisa melakukan pembelajaran yang inovatif guru dituntut mempunyai
wawasan yang luas dalam hal metode pembelajaran. Jika hal ini tidak
dimiliki oleh seorang guru maka pembelajaran tidak menutup kemungkinan
mengarah ke pembelajaran ”tradisional” (ceramah, tanya jawab, diskusi).
Bentuk pembelajaran inovatif diantaranya dapat dilakukan dengan menerapkan pendekatan kontekstual, dan PAIKEM..
Kedua pendekatan ini dalam implementasinya pada prinsipnya sama yaitu
semuanya menuntut adanya kreatifitas guru yang tinggi serta dalam
pelaksanaannya menuntut keaktifan dan kreatifitas siswa.
1. Pendekatan kontekstual
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and learning)
adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen
utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism),
bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar
(Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya
(Authentic Assessment)
a. Tujuh Komponen CTL
- Konstruktivisme
Konstruktivisme
merupakan landasan berfikir pendekatan CTL. Dalam konstruktivisme
pengetahuan siswa dibangun secara bertahap dan hasil yang diperoleh
melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan yang diperoleh tidak hanya
seperangkat fakta, konsep, atau kaidah yang siap diambil dan diingat
belaka, melainkan siswa harus mengkonstruksi sendiri pengetahuan
tersebut barulah kemudian memberi makna melalui pengalaman yang nyata.
Dengan
dasar tersebut pembelajaran harus dikemas menjadi proses
”mengkonstruksi” bukan ”menerima” pengetahuan. Dalam proses pembelajaran
siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif
selama dalam prooses pembelajaran, sehingga siswa menjadi pusat
kegiatan. Untuk itu tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut
dengan: (1) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan
dengan kehidupan siswa, (2) memberi kesempatan kepada siswa untuk
menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan (3) menyadarkan siswa agar
menerapkan strategi mereka sendiri dalam mencapai kompetensi yang
diharapkan.
- Inquiry (menemukan sendiri)
Inquiry merupakan
bagian terpenting dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan
kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diperoleh
dengan cara menemukan sendiri. Oleh sebab itu proses
pembelajaran yang dirancang guru harus berbentuk kegiatan yang merujuk
pada kegiatan menemukan. Langkah-langkah pembelajarannya dimulai dengan
merumuskan masalah, mengamati, menganalisis, dan mengkomunikasikan.
- Questioning (bertanya)
Questioning merupakan
strategi yang utama dalam pendekatan kontekstual. Bertanya dalam
pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru yntuk mendorong,
membeimbing dan menilai kemampuan berfikir siswa. Oleh sebab itu
pertanyaan dari guru harus diarahkan untuk : (1) menggali informasi baik
administrasi maupun akademis, (2) Memantau tingkat pemahaman siswa, (3)
Membangkitkan respon siswa, (4) mengetahui sejauh mana keinginan siswa,
(4) memfokuskan konsestrasi siswa pada kompetensi yang ingin dicapai
dan (5) untuk menyegarkan kembali pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
- Learning community (masyarakat belajar)
Learning community merupakan
salah satu teknik dalam pendekatan kontekstual. Dengan tekhnik ini
pembelajaran diperolah dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar
diperoleh melalui shering antar teman, antar
kelompok dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Kegiatan ini akan
terjadi bila tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada
pihak yang merasa segan untuk bertanya dan tidak ada pihak yang
menganggap dirinya yang paling tahu. Setiap pihak harus merasa bahwa
setiap orang lain memiliki pengetahuan, pengalaman atau keterampilan
yang berbeda yang perlu dipelajari.
Dalam praktiknya Learning community dapat
dilakukan dengan bermacam cara diantaranya adalah: pembentukan kelompok
kecil, pembentukan kelompok besar, mendatangkan ahli ke dalam kelas,
bekerja dengan kelas lain yang sederajat, bekerja kelompok dengan kelas
di atasnya dan bahkan bisa dilakukan dengan masyarakat.
Fungsi guru dalam Learning community adalah mengarahkan siswa dan selalu memonitor terhadap semua kegiatan yang dilakukan siswa. Oleh sebab itu dalam kegiatan ini team teaching sangat diperlukan.
5. Modeling (pemodelan)
Maksud
dari pemodelan adalah pembelajaran dilakukan dengan menampilkan model
yang bisa dilahat, dirasa dan bahkan bisa ditiru oleh siswa. Dalam
praktiknya guru bukan merupakan satu-satunya model. Karena model yang
disampaikan akan menjadi standar kompetensi yang akan dicapai, maka jika
guru tidak mampu menjadi model jangan sekali-kali memaksakan diri. Guru
dapat mendatangkan model dari luar. Model tersebut bisa dari siswa yang
dianggap mampu, atau para pakar ke dalam kelas.
6. Reflection ( refleksi)
Reflection adalah
cara berfikir tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lalu.
Refleksi merupakan respon terhadap kejadian , aktivitas, atau
pengetahuan yang baru diterima. Tujuan dari kegiatan refleksi ini adalah
untuk melihat sudah sejauh mana pengetahuan yang dibangun sebelumnya
dapat mengendap di benak siswa. Oleh sebab itu kegiatan refleksi ini
harus selalu dilakukan sebelum guru mengakhiri proses pembelajaran untuk
setiap kali pertemuannya.
7. Authentic Assessment (penilan yang sebenarnya)
Assessment
adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran
perkembangan belajar siswa. Kegiatan ini perlu dilakukan guru untuk
mengetahui dan memastikan bahwa siswa telah mengalami proses
pembelajaran dengan benar. Dan apabila dari hasil assessment
ini diketahui siswa mengalami kesuliatan dalam menguasai kompetensi,
maka guru harus segera mengambil tindakan yang tepat agar siswa dapat
menguasai kompetensi yang telah ditetapkan.
Karena assessment menekankan
pada proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh
dari kegiatan nyata yang dilakukan oleh siswa baik dalam proses
pembelajaran maupun sesudah proses pembelajaran berlangsung.