Pages

Jumat, 10 Mei 2013

PENINGKATAN BELAJAR

Upaya Peningkatan Kompetensi SiswaMelalui Pembelajaran Inovatif



I.  Latar Belakang
Mengajar bukan semata menceritakan bahan pembelajaran kepada siswa. Dan juga bukan merupakan konsekuensi  otomatis penuangan  ke dalam benak siswa. Namun belajar memerlukan keterlibatan mental dan perbuatan siswa sendiri. Penjelasan dan pemeragaan dari guru semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang optimal. Hasil belajar yang optimal hanya akan diperoleh jika proses pembelajaran yang dilakukan banyak melibatkan siswa untuk beraktifitas serta mengembangankan kreatifitas yang dimiliki siswa secara optimal.


Bagaimanakah caranya membuat proses pembelajaran yang  aktif dan kreatif? Proses pembelajaran akan menjadi aktif jika siswa terlibat langsung dalam penyelesaian semua masalah yang diberikan oleh gurunya. Dalam prosesnya siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduknya, bergerak leluasa dan berfikir keras, mengkaji gagasan, memecahkan masalah , dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya.
Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, siswa perlu mendengarnya, melihatnya, mengajukan pertanyaan tentang kompetensi yang sedang dibahas serta membahasnya dengan orang lain. Dan bahkan tidak cukup saja, melainkan siswa perlu mengerjakannya yakni menggambarkan sesuatu dengan caranya sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktikkan keterampilannya, dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah  atau harus mereka dapatkan.
Kita tahu bahwa siswa bisa belajar dengan sangat baik jika mempraktikkannya, namun bagaimana caranya kita bisa menggalakkan belajar aktif dan kreatif? Semua permasalahan ini dapat dijawab dengan menerapkan pendekatan pembelajaran yang inovatif.
Bentuk Pembelajaran inovatif dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan, diantaranya dengan menggunakan Pendekatan kontekstual atau sering disebut dengan istilah Contextual Teaching and Learning  (CTL), dan Pendekatan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM).
Bagaimanakah aplikasi ke dua pendekatan tersebut dalam pembelajaran, secara rinci akan diuraikan dalam makalah ini.

II. Pembelajaran inovatif
A.  Hakikat pembelajaran inovatif
Pembelajaran inovatif adalah proses pembelajaran yang dirancang oleh guru dengan menerapkan beberapa metode dan teknik dalam setiap pertemuan. Artinya dalam setiap kali tatap muka guru harus menerapkan beberapa metode sekaligus. Namun dalam penerapannya harus memperhatikan karakteristik kompetensi dasar yang akan dicapainya, sehingga sangat dimungkinkan setiap kali tatap muka guru menerapkan metode pembelajaran yang berbeda.
Untuk bisa melakukan pembelajaran yang inovatif guru dituntut mempunyai wawasan yang luas dalam hal metode pembelajaran. Jika hal ini tidak dimiliki oleh seorang guru maka pembelajaran tidak menutup kemungkinan mengarah ke pembelajaran ”tradisional” (ceramah, tanya jawab, diskusi).
Bentuk pembelajaran inovatif diantaranya dapat dilakukan dengan menerapkan pendekatan kontekstual, dan PAIKEM.. Kedua pendekatan ini dalam implementasinya pada prinsipnya sama yaitu semuanya menuntut adanya kreatifitas guru yang tinggi serta dalam pelaksanaannya menuntut keaktifan dan kreatifitas siswa.
1. Pendekatan kontekstual
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)

a.  Tujuh Komponen CTL
  1. Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir pendekatan CTL. Dalam konstruktivisme pengetahuan siswa dibangun secara bertahap dan hasil yang diperoleh melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan yang diperoleh tidak hanya seperangkat fakta, konsep, atau kaidah yang siap diambil dan diingat belaka, melainkan siswa harus mengkonstruksi sendiri pengetahuan tersebut barulah kemudian memberi makna melalui pengalaman yang nyata.
Dengan dasar tersebut pembelajaran harus dikemas menjadi proses ”mengkonstruksi” bukan ”menerima” pengetahuan. Dalam proses pembelajaran siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif selama dalam prooses pembelajaran, sehingga siswa menjadi pusat kegiatan. Untuk itu tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan:  (1) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan dengan kehidupan siswa, (2) memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan (3) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam mencapai kompetensi yang diharapkan.
  1. Inquiry (menemukan sendiri)
Inquiry  merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diperoleh dengan cara menemukan sendiri. Oleh sebab itu  proses pembelajaran yang dirancang guru harus berbentuk kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan. Langkah-langkah pembelajarannya dimulai dengan merumuskan masalah, mengamati, menganalisis, dan mengkomunikasikan.
  1. Questioning (bertanya)
Questioning  merupakan strategi yang utama dalam pendekatan kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru yntuk mendorong, membeimbing dan menilai kemampuan berfikir siswa. Oleh sebab itu pertanyaan dari guru harus diarahkan untuk : (1) menggali informasi baik administrasi maupun akademis, (2) Memantau tingkat pemahaman siswa, (3) Membangkitkan respon siswa, (4) mengetahui sejauh mana keinginan siswa, (4) memfokuskan konsestrasi siswa pada kompetensi yang ingin dicapai dan (5) untuk menyegarkan kembali pengetahuan yang telah dimiliki siswa.  
  1. Learning community (masyarakat belajar)
Learning community  merupakan salah satu teknik dalam pendekatan kontekstual. Dengan tekhnik ini pembelajaran diperolah dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh melalui shering  antar teman, antar kelompok dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Kegiatan ini akan terjadi bila tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya dan tidak ada pihak yang menganggap dirinya yang paling tahu. Setiap pihak harus merasa bahwa setiap orang lain memiliki pengetahuan, pengalaman atau keterampilan yang berbeda yang perlu dipelajari.
Dalam praktiknya Learning community  dapat dilakukan dengan bermacam cara diantaranya adalah: pembentukan kelompok kecil, pembentukan kelompok besar, mendatangkan ahli ke dalam kelas, bekerja dengan kelas lain yang sederajat, bekerja kelompok dengan kelas di atasnya dan bahkan bisa dilakukan dengan masyarakat.
Fungsi guru dalam Learning community  adalah mengarahkan siswa dan selalu memonitor terhadap semua kegiatan yang dilakukan siswa. Oleh sebab itu dalam kegiatan ini team teaching sangat diperlukan.
5.       Modeling (pemodelan)
Maksud dari pemodelan adalah pembelajaran dilakukan dengan menampilkan model yang bisa dilahat, dirasa dan bahkan bisa ditiru oleh siswa. Dalam praktiknya guru bukan merupakan satu-satunya model. Karena model yang disampaikan akan menjadi standar kompetensi yang akan dicapai, maka jika guru tidak mampu menjadi model jangan sekali-kali memaksakan diri. Guru dapat mendatangkan model dari luar. Model tersebut bisa dari siswa yang dianggap mampu, atau para pakar ke dalam kelas.
6.       Reflection ( refleksi)
Reflection  adalah cara berfikir tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian , aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Tujuan dari kegiatan refleksi ini adalah untuk melihat sudah sejauh mana pengetahuan yang dibangun sebelumnya dapat mengendap di benak siswa. Oleh sebab itu kegiatan refleksi ini harus selalu dilakukan sebelum guru mengakhiri proses pembelajaran untuk setiap kali pertemuannya.
7.       Authentic Assessment (penilan yang sebenarnya)
Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Kegiatan ini perlu dilakukan guru untuk mengetahui dan memastikan bahwa siswa telah mengalami proses pembelajaran dengan benar. Dan apabila dari hasil assessment ini diketahui siswa mengalami kesuliatan dalam menguasai kompetensi, maka guru harus segera mengambil tindakan yang tepat agar siswa dapat menguasai kompetensi yang telah ditetapkan.
Karena assessment  menekankan pada proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dilakukan oleh siswa baik dalam proses pembelajaran maupun sesudah proses pembelajaran berlangsung.
 

Blogroll

Blogger news